Rabu, 21 Desember 2011

Anak Jalanan Juga Membutuhkan Pendidikan


Pada saat SMA, saya melakukan sebuah pengamatan mengenai hadir tidaknya pendidikan diantara anak jalanan yang tinggal di salah satu stasiun kereta api di Jakarta. Hal yang melatarbelakangi saya untuk melakukan pengamatan ini adalah perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap kehidupan anak jalanan yang semakin meningkat. Hal ini didorong oleh rasa kemanusiaan yang muncul saat melihat kondisi anak jalanan yang makin terpuruk dan tampil dalam kehidupan yang kian tak menggembirakan.
Keberadaan anak jalanan menurut Pusat Data dan Informasi Depsos pada tahun 2004 sebesar 98.113 anak. Jumlah tersebut tersebar di 30 provinsi. Sebagai bahan perbandingan pada tahun 1999, berdasarkan hasil survei dan pemetaan sosial anak jalanan yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dan Depsos dukungan Asia Development Bank, jumlah anak jalanan yang sebesar 39.861 anak yang tersebar di 12 kota besar termasuk di Ibu Kota Jakarta. Besarnya angka ini menunjukan bahwa angka keberadaan anak jalanan kian hari makin bertambah.
         Anak jalanan merupakan masalah kesejahteraan sosial yang perlu ditangani oleh pemerintah. Kecenderungan semakin meningkatnya jumlah anak jalanan merupakan fenomena yang nyata dan harus segera ditingkatkan dari segi penangananya secara lebih baik. Jika permasalahan ini tidak segera ditangani maka dikhawatirkan menimbulkan masalah baru. Sebagaimana diketahui situasi dan kondisi kehidupan di pinggir jalan sangat keras dan membahayakan bagi anak–anak. Seperti ancaman kecelakaan, ekploitasi, penyakit, kekerasan, perdagangan anak, dan pelecehan seksual.
Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Mereka berasal dari kota setempat, kota lain terdekat, atau provinsi lain. Ada anak jalanan yang tempat tinggal ibunya berbeda dengan tempat tinggal ayahnya dikarenakan pekerjaan, menikah lagi ataupun cerai. Ada pula anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarganya, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarganya, dan ada yang sama sekali tidak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tidak mengenal keluarganya sama sekali.
Pendidikan adalah hal terpenting untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Anak jalanan pada hakikatnya adalah anak-anak yang sama seperti anak-anak seusia mereka yang hidup dalam kondisi berkecukupan. Mereka mempunyai cita-cita yang besar untuk menjadi seseorang yang lebih baik dikemudian hari. Mereka merupakan tunas-tunas bangsa yang perlu dibimbing sejak dini. Mereka membutuhkan pendidikan yang layak dan dalam pemenuhannya harus memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka agar mereka dapat dengan mudah menerima pendidikan dan menjalankannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
         Namun sangat disayangkan, program pendidikan untuk anak yang kurang mampu belum sepenuhnya terlaksana dan belum tersebar secara merata. Fakta yang saya dapatkan pada saat melakukan pengamatan di stasiun tersebut adalah hanya sebagian besar anak jalanan yang mampu mengenyam pendidikan, baik itu formal ataupun informal. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama sulitnya anak jalanan mendapatkan pendidikan yang layak.
         Salah seorang anak jalanan yang saya wawancarai mengatakan bahwa dia bersekolah, namun tidak disekolah yang formal. Dia bersekolah di sebuah sekolah yang dikhususkan untuk membina dan mengajarkan anak-anak jalanan. Sekolah tersebut terletak di Terminal Depok. Banyak orang mengenal sekolah tersebut dengan sebutan sekolah Master atau Masjid Terminal. Ternyata, anak-anak jalanan yang bersekolah disana mendapatkan laporan hasil belajar (raport) yang diturunkan oleh Dinas Pendidikan Kota Depok.
         Ini akan menjadi sebuah pandangan manis ketika kita mengetahui pemerintah masih sangat peduli terhadap pembinaan pendidikan bagi anak yang kurang mampu. Beruntungnya bagi kita yang hidup dalam kecukupan dan mampu mendapatkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Semoga pemberian pendidikan bagi anak yang kurang mampu dapat dilaksanakan di kota-kota besar lainnya, agar dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar