Sabtu, 21 Juli 2012

Resensi; Satanic Finance


Assalamualaikum Wr. Wb.

Judul Buku    : Satanic Finance
Penulis          : Dr. Ahmad Riawan Amin
Penerbit        : Zaytuna


 “Jangan kira tragedi ekonomi yang menyapu hampir semua kawasan Asia Tenggara pertengahan 1997 lalu, lepas dari campur tangan kami.”

Begitulah ungkapan yang dilontarkan oleh para ‘satanic’ setelah mereka berhasil melakukan rekayasa ekonomi dan keuangan, melalui cara-cara mereka dengan menggunakan manusia sebagai kolega-koleganya.
Buku ini dihadirkan oleh penulis untuk memberi kesadaran baru, dimana saat ini kita harus menentukan sistem alternatif yang mampu menyelamatkan ekonomi dari keterpurukan. Dengan pilihan, berdamai dengan sistem yang ada saat ini dan menerima segala risiko yang ada atau menerapkan sebuah aturan baru yang berbeda untuk menyelamatkan keadaan dan bangkit dari keterpurukan yang melanda ekonomi kita saat ini.

THE THREE PILLARS OF EVIL

Fiat Money (uang kertas), Fractional Reserve Requirement (cadangan wajib) dan Interest (bunga), ketiga pilar setan ini muncul sebagai senjata para ‘satanic’ untuk menciptakan sistem ekonomi yang rentan yang dapat mengancam kestabilan ekonomi jangka panjang.
Dalam buku ini, Three Pillars of Evil digambarkan melalui kisah suku Sukus dan suku Tukus yang mendiami pulau Aya dan pulau Baya. Walaupun tingkat kesejahteraan antar suku berbeda, namun mereka sama-sama hidup dengan damai, rukun, selalu tolong-menolong, saling bersilahturahmi dan selalu menjalankan ritual agamanya dengan baik. Hingga suatu saat datanglah Gago dan Sago yang membuat keadaan di kedua pulau tersebut menjadi kacau. Hanya dengan bantuan mesin pencetak uang, mereka dapat menguasai kedua pulau itu. Mereka memperkenalkan selembar kertas yang disebut ‘uang’ kepada kedua suku tersebut. Mereka berkata, uang adalah alat transaksi yang jauh lebih efisien ketimbang emas yang mereka gunakan sehari-hari. Suku Sukus terhasut untuk menukarkan 100.000 koin emas mereka dengan 100.000 lembar uang kertas. Tidak hanya suku Sukus saja yang tergiur dengan ‘uang’ yang dikatakan efisien itu, suku Tukus pun ikut terhasut untuk menggunakan ‘uang’ sebagai alat transaksi mereka. Namun perbedaannya, di pulau Baya, suku Tukus diberi 1000 lembar uang kertas secara cuma-cuma dengan syarat mereka harus mengembalikan uang tersebut dengan tambahan 100 lembar uang kertas. “Untuk apa tambahan 100 lembar uang kertas itu?” tanya suku Tukus. “Untuk membayar jasa yang kami sediakan.” jawab Sago. Setahun berjalan, suku Sukus dan suku Tukus mulai merasakan perubahan. Harga barang dan jasa yang terus merambat naik, kebutuhan pokok yang mulanya dapat dilakukan dengan sistem barter, kini mulai bermasalah dan juga lambat laun budaya sosial mereka pun luntur. Melalui uang kertas tanpa jaminan, cadangan 10% dan bunga, Gago dan Sago berhasil menguasai kedua pulau dengan mudah. Ketiga hal itulah dengan cerita dan intensitas yang berbeda terjadi dalam krisis Asia Tenggara.

FIAT MONEY
Adalah uang yang diciptakan tanpa didukung (backed) dengan logam mulia seperti emas. Uang ini menjadi berharga karena diterbitkan oleh pemerintah yang diakui. Namun sebenarnya, uang kertas tidak bisa diandalkan sebagai alat penyimpan nilai karena ia tidak punya nilai intrinsik sebagaimana logam mulia (emas).

FRACTIONAL RESERVE REQUIREMENT (FRR)
Adalah simpanan sebagian kecil dana yang disetorkan oleh deposan yang dijadikan sebagai cadangan. Besarnya jumlah cadangan umumnya jauh dibawah 100%. Melalui FRR, bank dapat menciptakan uang tambahan atau menggandakannya.

INTEREST
Adalah biaya servis yang dikenakan bank untuk pinjaman atau kredit yang diberikan kepada nasabahnya. Dampak yang ditimbulkan bila ‘bunga’ bertebaran dalam dunia perekonomian kita, yaitu (1) menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, (2) mendorong persaingan diantara para pemain dalam ekonomi, (3) cenderung memposisikan kesejahteraan pada segelintir orang.
Ketika ketiga pilar setan itu bertemu, muncul persamaan
MV = PY
Dimana M adalah money supply, V adalah velocity (kecepatan uang beredar), P adalah price (agregat rata-rata tingkat harga) dan Y adalah output rill barang dan jasa. Dengan kata lain, jumlah uang sama dengan perkalian dari harga barang dengan kuantitas barang yang ditransaksikan.
Kondisi seperti yang merupakan bagian dari keberhasilan dan bukti bahwa tiga pilar setan memang ampuh untuk mencapai tujuan para ‘satanic’.

THE LABYRINTH OF DEBT

Mengapa banyak orang yang berutang?
Sebagian dari masyarakat berutang untuk bertahan hidup dan tidak sedikit yang berutang hanya karena ingin memenuhi kebutuhan gaya hidupnya. Perilaku ini semakin parah ketika dunia modern memperkenalkan credit card. Dan transaksi dengan credit card adalah transaksi utang. Dimana dalam penggunaannya, pemakai credit card harus membayar bunga bagi yang jatuh tempo atau membayar denda karena telat bayar.
Bukan hanya masyarakat yang terlilit utang. Sebuah negara pun dapat terlilit oleh utang. Tujuan mereka berutang adalah untuk membangun negara demi kesejahteraan rakyatnya. Namun, utang yang mereka timbulkan justru menjadi beban berat tersendiri untuk negara. Belum lagi utang untuk pembangunan yang dikorupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hingga dari tahun ke tahun, Indonesia berada di peringkat 5 besar untuk juara ‘Korupsi’ tingkat dunia. Bagaimana menurut anda? Apakah anda masih menganggap ekonomi kita saat ini baik-baik saja?
Ketika krisis ekonomi menyapu kawasan Asia Tenggara, kekacauan ekonomi mulai merambat ke dunia perbankan. Akibatnya banyak kredit perbankan macet atau non-performing loan-nya (NPLs) menjadi tinggi sehingga mengerutkan jumlah suplai uang yang beredar. Bank merespon dengan menyita koleteral dan menuntut pembayaran yang dipercepat dari nasabahnya.
Solusi yang diberikan untuk situasi tersebut adalah dengan melakukan kebijakan expansionary monetary. Melalui tiga hal, yaitu (1) mendorong tabungan, (2) mengurangi cadangan wajib dan (3) meningkatkan suku bunga.
IMF merekomendasikan untuk menaikan suku bunga. Dan saat itu terjadilah kebijakan yang ganjil yaitu perbankan menaikan suku bunga deposito hingga 67% sementara mereka hanya mendapat bunga kredit 10%. Melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), bank-bank yang kolaps itu disuntikan obligasi pemerintah yang bunganya tentu ditanggung oleh pemerintah. Kondisi seperti ini yang terus akan menambah parah sakit yang diderita oleh ekonomi kita.

THE GREEN EVIL

Green Evil => DOLAR
Mengapa demikian? Karena dolar sudah menjadi alat yang bisa digunakan sebagai eksploitasi dan alat untuk menjaga supermasi serta superioritas AS atas negara-negara lain.
The Federal Reserve System atau The Fed, sebuah instansi yang memiliki otoritas mencetak dolar tetapi bukan dimiliki oleh negara melainkan sekelompok pemilik swasta. The Fed juga menyebutkan dolar (fiat money ciptaannya) ‘sebaik’ dan ‘berharga’ layaknya emas. Mereka bertujuan untuk memonopoli kepentingan keuangan global, atas nama negara Amerika. Melalui The Fed, dola menjadi mata uang internasional yang paling berpengaruh. Selain itu, dolar tidak hanya digunakan didalam negeri saja, tetapi juga menjadi cadangan devisa utama bagi negara-negara di dunia.
Dolar over hang terjadi ketika nilai dolar yang disimpan sebagai cadangan devisa negara mitra AS, telah melampaui nilai emas yang disimpan AS sebagai cadangan setiap dolar yang dicetaknya. Pada bulan Agustus 1971, Presiden Nixon mencabut konvertibilitas dolar dan semenjak saat itu dolar diserahkan sepenuhnya kepada pasar tanpa lagi di-back up dengan emas sama sekali.

THE HEAVEN’S CURRENCY

Sebagian dari kita (manusia) menuturkan bahwa ekonomi akan rusak manakala fungsi-fungsi uang yang sudah diatur oleh Tuhan disingkirkan oleh fungsi-fungsi semu. Dan secara eksplisit mereka menyebutkan fiat money terlihat lebih baik, namun ‘mematikan’bagi kita.
Ketika Tuhan Menciptakan Emas
Dalam buku Muqaddimah, Ibn Khaldun menulis, Tuhan menciptakan dua logam mulia itu untuk menjadi alat pengukur nilai/harga (measure of value) bagi segala sesuatu. Terutama karena hanya sedikit saja logam mulia yang bisa menyimpan perwakilan nilai transaksi yang sangat besar. Al-Maqrizi dalam Ighatsah menambahkan, Tuhan menciptakan dua logam mulia itu bukan sekedar sebagai alat pengukur nilai, atau untuk menyimpan kekayaan, tapi juga sebagai alat tukar (medium of exchange).
Karena itu, logam mulia itu menempati kedudukan yang tinggi, boleh dibilang seperti mata uang surge (Heaven’s Currency). Bukan karena keduanya digunakan sebagai mata uang surga, tapi lebih karena fungsinya dalam menjaga keadilan yang menjadi salah satu ciri utama penghuni surga.
Dinar dan Dirham
Dinar disebut sebagai mata uang dari Bizantium, sementara dirham dari Persia. Pengakuan Rasulullah akan adanya dinar dan dirham menjadikan emas dan perak layak dijadikan mata uang universal. Mengapa dinar dan dirham layak untuk disirkulasikan keseluruh dunia? Karena emas dan perak sangatlah stabil sepanjang sejarah. Selain itu, emas dan perak juga sangat kuat sehingga hampir tidak terkena inflasi.
Menjaga eksistensi keadilan berekonomi akan sangat erat kaitannya denga menegakkan perekonomian yang didukung oleh mata uang yang sehat dan kua seperti emas dan perak. Selama ekonomi masih difasilitasi dengan fiat money, tentu keadilan akan sulit ditegakkan.

EL LIBERTADOR

“Kemiskinan laksanan kunci emas yang menyesatkan manusia dari kebenaran. Kemiskinan di tangan kami menjadi alat ampuh melumpuhkan keimanan. Gerbang menuju kekufuran.” kata para ‘satanic’
El libertador adalah sekelompok manusia yang mencoba unjuk gigi, mencoba untuk berperan sebagai manusia-manusia pembebas. Mereka melakukan kampanye perlawanan dengan menyuarakan perlu adanya sistem baru, yang bisa membebaskan dari sistem para ‘satanic’ yang mencekik. Sistem mana, tak lebih merupakan duplikasi sistem perbankan. Mereka lebih suka menyebutnya sebagai perbankan Islam. Sebuah sistem yang mampu menggerogoti ketiga pilar setan. Mereka – kata para ‘satanic’ adalah orang-orang usil yang kerjaannya ‘jualan ayat’ – mampu meracuni dan membelokkan propaganda para ‘satanic’ sehingga dapat mengembalikan kita (manusia) kejalan yang benar, kembali ke ekonomi yang dikehendaki Sang Pencipta.

Bagaimana menurut anda? Sudah tergambarkah keadaan ekonomi yang ada saat ini? Dan sudah siapkah anda menjadi seorang el libertador dalam dunia ekonomi?

Semoga apa yang telah saya tuliskan diatas dapat bermanfaat bagi kita, dan dapat menyadarkan kita – khususnya kaum intelektual yang bergerak di bidang ekonomi – untuk segera menegakkan sistem yang baru dan merobohkan sistem para ‘satanic’ yang telah merusak ekonomi kita saat ini.
Sekian. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Senin, 11 Juni 2012

NEWS; NATO disputed the Taliban claim


"We do not know why it started but there is no indication that a suicide bomber was involved and there are no reports that someone managed to get into the base to do this," the NATO-led force said in a statement.
The Taliban has claimed responsibility for previous conflicts between NATO service members and members of the Afghan military. CNN could not independently verify the group's claims.
The Taliban said the man was once a pilot in an Afghan regime in the late 1980s and early 1990s.
"Since the current Afghan air forces have no planes so, he was just going to Kabul airport to show up and earn his salary for a long time," Mujahid told CNN.
The man "was holding the rank of colonel at the time and he had an AK-47 with him. After his bullets were finished, then he was shot to death by armed forces," Mujahid told CNN.
There was confusion about the death toll. The NATO-led force initially said six service members were killed. It raised that toll to nine but backed away temporarily before saying again that the shooting killed nine people -- eight international service members and a civilian contractor. The Pentagon confirmed that all were Americans.
Violence between Afghan forces and NATO troops is a matter of extreme concern for NATO officials, and it is growing in frequency.
There have been 36 NATO deaths in the past two years attributed to attacks by people perceived to be Afghan soldiers or police. Officials fear that the increasing frequency of the attacks could undermine trust between NATO troops and the Afghans they are working hard to prepare so they can eventually take over security in the country.
The Taliban's claim that the Afghan gunman was their recruit follows a now familiar pattern of the insurgency stating that attacks are theirs, even though NATO later suggests the gunman was acting out of personal motivation.
Out of 16 incidents of Afghan forces shooting NATO personnel that NATO has investigated, eight have been determined to be motivated by combat stress on the part of the Afghan attacker. The other eight investigations are undetermined.

(Taken From: karodalnet.blogspot.com/2011/04/contoh-berita-dalam-bahasa-inggris.html)

SPOOF; Honey, What's For Supper?


An elderly gentleman of 85 feared his wife was getting hard of hearing. So one day he called her doctor to make an appointment to have her hearing checked. The Doctor made an appointment for a hearing test in two weeks, and meanwhile there's a simple informal test the husband could do to give the doctor some idea of the state of her problem.
“Here's what you do,” said the doctor. “Start out about 40 feet away from her, and in a normal conversational speaking tone sees if she hears you. If not, go to 30 feet, then 20 feet, and so on until you get a response.”
That evening, the wife is in the kitchen cooking dinner, and he's in the living room. He says to himself, “I'm about 40 feet away, let's see what happens.” Then in a normal tone he asks,
“Honey, what's for supper?”
No response. So the husband moved to the other end of the room, about 30 feet from his wife and repeats, “Honey, what's for supper?” Still no response.
Next he moves into the dining room where he is about 20 feet from his wife and asks,
“Honey, what's for supper?”
Again he gets no response. So he walks up to the kitchen door, only 10 feet away.
“Honey, what's for supper?”
Again there is no response.
So he walks right up behind her. “Honey, what's for supper?” 
“Damn it Earl, for the fifth time, CHICKEN!"

(Taken from: understandingtext.blogspot.com/2011/05/spoof-example-honey-what-is-for-supper.html)

Story of Rabbit and Bear


Once upon a time, there lived as neighbors, a bear and a rabbit. The rabbit is a good shot. In contrary, the bear is always clumsy ad could not use the arrow to good advantage.
One day, the bear called over the rabbit and asked the rabbit to take his bow and arrows and came with bear to the other side of the hill. The rabbit feared to arouse the bear's anger so he could not refuse it. He consented and went with the bear and shot enough buffalo to satisfy the hungry family. Indeed he shot and killed so many that there was lots of meat left after the bear and his family had loaded themselves and packed all they could carry home.
The bear was very gluttonous and did not want the rabbit to get any of the meat. The rabbit could not even taste the blood from the butchering as the bear would throw earth on the blood and dry it up. The poor rabbit would have to go home hungry after his hard day's work.
The bear was the father of five children. The youngest child was very kind to the rabbit. He was very hearty eater. The mother bear always gave him an extra large piece of meat but the youngest child did not eat it. He would take it outside with him and pretended to play ball with the meat. He kicked toward the rabbit's house and when he got close to the door he would give the meat with such a great kick. The meat would fly into the rabbit's house. In this way, the poor rabbit would get his meal unknown to the papa bear.

(Taken from : www.englishdirection.com/2009/05/reading-narrative.html)

The Advantages and the Disadvantages of Nuclear Energy

Nuclear energy is commonly offered as an alternative to overcome the circle of energy. The debate of whether the use nuclear energy is an appropriate choice has not come to an end. Some people agree with the utilization of it because of its benefits. Some others, however, disagree because of its risks to the environment.
Those who agree with the operation of nuclear reactors usually argue that nuclear energy is the only feasible choice to answer the ever-increasing energy needs. In their opinion, the other sources of energy; oil, coal, and liquid natural gas are not renewable and safe, while nuclear energy can be sustainably when produced in a safe way.
However, people who disagree with the use of nuclear energy point out that the waste of nuclear products can completely destroy the environment and human lives. A meltdown in a reactor, for example, usually results in the contamination of the surrounding soil and water. Take for example, the blow up of the nuclear reactor at the Chernobly Nuclear Power Station in Rusia twenty years ago. The serious contamination imperiled people and the environment severely.
It is obvious that nuclear energy should be avoided because it really endangers the environment but what about a less polluted energy instead of nuclear energy? Are there any alternative energies to overcome the crisis of energy?

(Taken from: Th. M. Sudarwati and Eudia Grace. Look Ahead 3. Jakarta: Erlangga)