Kamis, 17 November 2011

Dia(Aku)


ketika malam datang,
dia yang selalu duduk terdiam
memandang sang rembulan yang tersenyum
dan tak pernah letih untuk menyinari bumi
menghibur khalifah-khalifah bumi yang terpuruk dalam sedih sepertinya
dia yang selalu meratapi hal yang seharusnya dibiarkan berlalu,
tak dipikirkan dan tak seharusnya diingat
dia yang menanti pagi untuk memulai hari bersama bunga-bunga yang baru memekar
berharap tak ada hal yg membuatnya sedih ataupun bosan
dia yang menginginkan tawa canda bahagia dalam sisa hidupnya bersama orang-orang yang dia sayang.

Ya Allah, Aku Jatuh Cinta


Ya Allah,
Aku ingin mencintainya dengan halal
Mencintainya dengan suci dalam sebuah ikatan
Ikatan yang menyatukan hati karena Ridha-Mu
Ikatan yang tidak menimbulkan fitnah
Ikatan yang tercipta dengan akad
                                Ya Allah,
                                Cinta yang hakiki hanyalah cinta pada-Mu
                                Cinta yang sempurna hanyalah milik-Mu
                                Ingatkan aku dan lindungi aku
                                Agar aku tidak menduakan cintaku pada-Mu
                                Karena cinta pada-Mu adalah satu
Ya Allah,
Aku tahu cinta ini adalah fitrah
Cinta ini adalah anugerah dari-Mu
Bantu aku menjaga cinta ini
Agar cinta ini tidak menjadi cinta yang haram
Dan biarkan ku mencintainya dalam diam

Minggu, 13 November 2011

Tips Menghilangkan Jerawat

Siapapun yang memiliki jerawat pasti merasa risih dan terganggu, tak peduli para remaja ataupun orang tua. Berikut adalah beberapa cara menghilangkan jerawat ;
1. Jeruk Nipis
Ambil belerang, setengah sendok makan, lembutkan dengan perasaan jeruk nipis yang sudah dibelah. Untuk menghilangkan baru belerang yang tidak sedap itu teteskan minyak wangi.Gunakan ramuan ini utnuk mengobati bagian wajah yang berjerawat.
2. Tomat
Ambil buah tomat yang sudah masak, diiris kecil-kecil, menjelang tidur malam oleskan ke bagian muka yang berjerawat.
3. Sirih
Lumatkan beberapa lembar daun sirih lalu tempelkan pada bagian muka yang berjerawat. Lakukan beberapa hari maka anda akan terbebas dari jerawat.

Minuman (Jamu) Penghilang Jerawat
10 gram kencur
10 gram temulawak
Asam secukupnya
Jinten beberapa butir
Gula aren sedikit

Cara :
  1. Kencur dan temulawak diparut
  2. Asam, Jinten dan gula ditumbuk dengan parutan kencur dan temulawak
  3. Diberi air secukupnya
  4. Diseduh dengan air panas.

Kamis, 10 November 2011

Drama ; Aku Anak Siapa

PAGI HARI.
DALAM SEBUAH RUMAH. PAK YUDHI DUDUK MEMBACA KORAN PAGI. BU ANA KELUAR DARI KAMAR MENUJU DAPUR.
Pak Yudhi        : “Ada berita apa ya pagi ini.”

HEADLINE SURAT KABAR YANG SANGAT MENGEJUTKAN. BERISI TENTANG JATUHNYA PESAWAT YANG AKAN MENUJU JEPANG. YANG MANA PESAWAT TERSEBUT ADALAH PESAWAT YANG DITUMPANGI OLEH SAHABAT BU ANA BESERTA SUAMINYA.
Pak Yudhi        : “Ana, cepat kesini.”
Bu Ana             : “Ada apa, Pah?”
Pak Yudhi        : “Lihat berita ini. (menunjuk ke headline surat kabar tersebut) Apa sama kode pesawat ini dengan kode pesawat yang ditumpangi oleh Rossa dan suaminya?”
Bu Ana             : “Sebentar aku lihat dulu kode pesawatnya.” (mencocokan dengan kode  pesawat yang berada dalam catatannya)
Pak Yudhi        : “Bagaimana? Sama tidak?”
Bu Ana             : (terkejut dan hampir menitikan air mata) ”Sama, Pah.”

BU ANA SEMAKIN MENANGIS KETIKA MENDAPAT KABAR BAHWA SAHABATNYA ITU MASUK DALAM DAFTAR KORBAN MENINGGAL.
ENAM BELAS TAHUN KEMUDIAN….
DALAM KAMAR, CLARA SEDANG BERSIAP UNTUK BERANGKAT KULIAH. DARI LANTAI 1 RUMAH MEREKA BU ANA MEMANGGIL CLARA DAN VEY.
Bu Ana             : “Clara, Vey, cepat turun. Nanti sarapan kalian dingin.”
Clara & Vey     : “Iya Ma.”
DI RUANG MAKAN.
Vey                  : “Mau berangkat bersama tidak, Kak?”
Clara               : “Kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak mau sampai anak-anak kampus tahu kalau kita itu bersaudara.”
Bu Ana              : “Sayang kamu tidak boleh seperti itu. Vey itu adikmu. Walau umur kalian hanya berbeda beberapa menit saja, dia tetap adikmu.”
Clara               : “Tapi Maa..”
Bu Ana             : “Sudah, kalian cepat berangkat.”
Vey                  : “Ma, Vey berangkat dulu ya.”
Bu Ana             : “Kamu jangan pernah buat kakakmu kesal lagi, Vey.”
Vey                  : ( sedih ) “Baik, Ma.”
Clara               : “Ma, Clara pergi dulu ya.”
Bu Ana             : “Hati-hati ya sayang.”

SETELAH PUTRI DAN VEY BERPAMITAN, MEREKA BERANGKAT BERSAMA MENUJU KAMPUS. DAN HARI INI ADALAH HARI PERTAMA MEREKA MASUK KULIAH. SESAMPAINYA DI KAMPUS.
Clara               : “Sudah kita berpisah disini saja.”
Vey                  : “Tapi kak, aku tidak tahu tempatnya.”
Clara               : “Kamu kan bisa bertanya. Dan satu lagi, jangan pernah panggil aku dengan sebutan kakak selama kita ada di kampus. Paham?”
Vey                  : “Tapi kak..”
Clara               : “Ahh, sudah. Temanku sudah menunggu. Kamu membuang-buang waktu saja.”
Vey                  : “Kak..”
CLARA PUN PERGI MENINGGALKAN VEY SENDIRI.
Vey                  : (monolog) “Aduh, aku harus kemana. Aku tidak tahu sama sekali denah kampus ini.”

SAAT VEY BERJALAN DAH MELIHAT DI SEKELILINGNYA, TIBA-TIBA DIA TERSANDUNG DAN TERJATUH. LALU RAKA YANG BERJALAN TEPAT DIBELAKANGNYA PUN MEMBANTUNYA.
Vey                  : (terjatuh) “Aduh.”
Raka                : (mengulurkan tangannya sambil membantu Vey berdiri) “Kamu tidak apa-apa?”
Vey                  : (menerima uluran tangan Raka) “Oh, tidak apa-apa kok. Terima kasih.”
Raka                : “Iya, sama-sama. Kamu mahasiswi baru ya?”
Vey                  : (malu) “Iya.”
Raka                : “Oh perkenalkan, aku Raka Permana mahasiswa Sosial Politik. Kalau kamu?”
Vey                  : “Aku Veyya Stephanie, aku mahasiswi Sosial Politik juga.”
Raka                : “Wah sama dong. Kebetulan sekali kalau begitu. Bagaimana kalau kita berjalan bersama-sama?”
Vey                  : “Boleh. Kebetulan aku juga tidak tahu tempatnya.”

LALU MEREKA BERDUA BERJALAN MENUJU FAKULTAS MEREKA. DI TENGAH PERJALANAN MEREKA BERTEMU DENGAN CLARA.
Clara               : (memanggil Raka) “Raka!”
Raka                : (menoleh ke belakang) “Clara? (heran). Kok dia ada di kampus ini juga.”
Clara               : (menghampiri Raka dan langsung menggandeng Raka untuk berjalan bersamanya) “Tidak aku sangka, ternyata kamu satu kampus juga sama aku.”
Raka                : (berusaha melepas tangan Clara) “Clara, apa-apaan sih.”
Clara               : “Kamu kok begitu. Sudahlah Raka, ayo cepat kita jalan saja.” (menarik Raka untuk berjalan dengan cepat)
Raka                : (menoleh ke arah Vey) “Vey, aku tunggu disana ya.”
Clara               : (semakin menarik Raka) “Sudah Raka, cepatlah !”
MEREKA BERDUA BERJALAN DAN MENINGGALKAN VEY.
Vey                  : (monolog)(sedih) “Yah, aku sendiri lagi. Tapi aku harus tetap semangat. Hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Jadi aku tidak boleh membuat kesan pertama kuliahku itu buruk. Fighting!

SATU HARI PENUH TELAH DIJALANI MEREKA DI KAMPUS.
DI RUMAH. BU ANA SEDANG MENYIAPKAN MAKANAN DAN KEDUA ANAKNYA SEDANG MENONTON TELEVISI.
Vey                  : “Enaknya menonton apa ya?”(sambil memainkan remote tv untuk mencari channel yang bagus)
CLARA DATANG.
Clara               : (merebut remote tv) “Yang bagus itu, menonton film kesukaanku lah.”
Vey                  : “Tapi Kak, Vey mau menonton berita.”
Clara               : “Ah, cerewet kamu. Aku maunya menonton sinetron.”
Vey                  : (merebut remote tv) “Kak, tapi aku maunya menonton berita.”
Clara               : (merebut remote itu kembali) “Sinetron.”
Vey                  : (merebut remote) “Berita, Kak.”
TANPA DISENGAJA, TANGAN CLARA TERLUKA KARENA TERCAKAR OLEH VEY.
Clara               : (memanggil Bu Ana) “Mama !”
Bu Ana             : (bergegas menghampiri) “Ada apa sayang?”
Clara               :(menunjukan tangannya yang terluka) “Lihat ini Ma. Vey sengaja melakukannya. Padahal Clara hanya ingin bergantian menonton tv dengannya.”
Vey                  : “Tidak Ma. Vey tidak sengaja.”
Clara               : “Bohong! Dia sengaja melakukannya, Ma.”
Vey                  : “Benar, Ma. Vey tidak sengaja.”
Bu Ana             : “Cukup! Veyya, mama sudah bilang sama kamu, hargai kakak kamu. Kamu semakin lama semakin tidak bisa diatur. Minta maaf sama kakakmu dan segera masuk ke kamar.”
Vey                  : “Maafin aku, Kak.”
VEY PERGI MENUJU KAMAR DAN MENANGIS.
Clara               : “Terima kasih ya Ma, sudah membelaku.”
Bu Ana             : “Iya, sama-sama sayang. Mama ke dapur dulu ya. Kamu lanjutkan saja menontonnya.”
BU ANA MENUJU DAPUR. PAK YUDHI PULANG.
Pak Yudhi        : “Ma, Aku pulang.”
Bu Ana             : “Aku di dapur, Pah. Sebentar aku sedang membuatkan kopi untukmu.”
MENUJU RUANG KELUARGA
Pak Yudhi        : “Clara, Veyya kemana? Tidak menonton tv bersama-bersama?”
Clara               : “Vey bilang dia sudah mengantuk, Pah. Makanya dia langsung tidur selepas isya tadi.”
Pak Yudhi        : “Tidak biasanya dia tidur jam segini. Apa dia sakit?”
Clara               : “Tidak kok, Pah. Dia sehat-sehat saja.”
BU ANA MENGHAMPIRI MEREKA
Bu Ana             : (membawa secangkir kopi) “Ini Pah kopinya. Aku sudah siapkan air hangat untuk kamu mandi. Mau mandi sekarang atau nanti ?”
Pak Yudhi        : “Sekarang saja. Aku sudah penuh kuman sepertinya.”
Bu Ana             : “Baiklah, kopinya aku simpan di meja makan saja ya, Pah.”
Pak Yudhi        : “Iya.”
PAK YUDHI PERGI MENUJU KAMAR.
Clara               : “Ma, aku tidur ya. Aku sudah mengantuk.”
Bu Ana             : “Ya sudah. Selamat malam sayang.”
Clara               : “Selamat malam juga, Ma.”
CLARA MENUJU KAMARNYA.

SETELAH PAK YUDHI BERISTIRAHAT DAN MANDI SORE, PAK YUDHI MENGAJAK BU ANA UNTUK BERBINCANG-BINCANG.
Pak Yudhi        : “Ma, bisa kita bicara sebentar?”
Bu Ana             : “Ada apa, Pah?”
Pak Yudhi        : “Kapan kita akan memberitahukan hal yang sebenarnya kepada Clara?”
Bu Ana             : “Biarkan saja, Pah. Biarkan saja Clara tidak tahu soal ini.”
Pak Yudhi        : “Ma, anak kita adalah Veyya bukan Clara. Lagipula mereka sudah dewasa. Bukan seorang anak kecil lagi.”
Bu Ana             : “Aku tidak tega melihat Clara sedih.”
Pak Yudhi        : “Lalu kamu tega melihat anak kandungmu sendiri setiap hari menderita? Sampai kapan kamu terus menyayangi Clara tanpa menyayangi Vey.”
Bu Ana             : “Aku tahu, Pah. Aku juga sayang Vey. Tapi Clara itu anaknya Rossa. Aku merasa berhutang budi padanya.”
Pak Yudhi        : “Tapi kau bisa membalasnya dengan cara yang lain. Tidak dengan cara menyisihkan anakmu sendiri.”
Bu Ana             : “Sudahlah, Pah. Aku lelah, sebaiknya kita bicarakan lain kali saja.”
BU ANA PERGI TIDUR.
HARI DEMI HARI BERJALAN BEGITU CEPATNYA. TANPA TERASA DUA TAHUN TELAH BERLALU. SUATU HARI. DI SUDUT KAMPUS. TAMPAK VEY SEORANG DIRI DUDUK DI TAMAN. RAKA MENGHAMPIRI.
Raka                : “Hai, Vey. Kamu sendirian saja?”
Vey                  : “Iya, aku sedang memikirkan sesuatu.”
Raka                : “Apa! Kamu memikirkan aku?”
Vey                  : “Ih siapa juga yang sedang memikirkann kamu. Bikin otak aku penuh saja.”
Raka                : “Aku hanya bercanda cantik. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum saja.”
Vey                  : “Ih kebiasaan buruk kamu tuh. Mengumbar kata-kata manis yang tidak penting buatku.”
Raka                : “Gombal maksud kamu?”
Vey                  : “Ya begitulah.”
Raka                : (tertawa) “Tahu saja kamu jika itu hanya gombal. Kamu mikirin apa sih? Cerita dong sama aku. Mungkin aku bisa mengurangi beban kamu.”
Vey                  : (bersandar di bahu Raka) “Aku bingung, Ka. Sebenarnya aku ini anak mama aku atau bukan ya.”
Raka                : (terkejut) “Hah? Kamu bicara apa sih? Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Masa kamu meragukan mama kamu sendiri.”
Vey                  : “Tapi Ka, perlakuan mama ke aku dengan perlakuan mama ke kakakku itu sangat berbeda.”
Raka                : “Mungkin itu hanya perasaanmu saja Vey.”
Vey                  : “Tidak Raka. Segala sesuatu yang kakakku minta akan terpenuhi. Dan hal-hal yang aku perbuat akan salah di mata mama jika kakakku tidak menyukainya.”
Raka                : “Apa kamu sudah mencoba berbicara dengan mama kamu?”
Vey                  : “Sudah Raka. Dia hanya berkata bahwa aku anaknya.”
Raka                : “Lalu apa yang kamu ragukan?”
Vey                  : “Anak kandung atau bukan. Kalau bukan aku anak siapa?”
Raka                : “Sudahlah Vey. Kamu positive thinking saja. Mungkin disaat mama kamu marah, dia sedang lelah atau jenuh.”
Vey                  : “Masa setiap hari sih, Ka.”
Raka                : “Sudah. Kamu bersabar saja ya. Minta petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Pasti kamu tahu mana yang benar dan mana yang salah.”
Vey                  : “Terima kasih ya kamu sudah mau mendengar cerita aku. Terima kasih juga untuk bahumu.”
Raka                : “Iya sama-sama. (bergumam) Andai bahuku bisa terus menjadi sandaranmu.”
Vey                  : “Sandaran apa, Ka?”
Raka                : “Hah? Oh itu, sandaran kaki!”(tampak bingung)
Vey                  : “Sandaran kaki? Bukan itu yang baru saja kamu ucapkan tadi.”
Raka                : “Benar kok, Vey. Sandaran kaki.”
Vey                  : “Kamu bohong.” (menampar Raka)
Raka                : “Aduh, sakit tahu!”
Vey                  : “Maaf, tadi ada nyamuk dipipi kamu.”
Raka                : “Mmm. Bohong ya?
Vey                  : ”Haha.. iya.”
VEY PERGI DAN RAKA MENGEJARNYA.
Raka                : “Veyy, tunggu!”
Vey                  : “Tunggu apa?” (tersenyum)
Raka                : “Tunggu aku memenangkan hatimu. Tapi nanti setelah aku membuang topi toga aku.”
Vey                  : “Mm. Tergantung.”
Raka                : “Kenapa tergantung?”
Vey                  : “Tergantung. Kamu jadi sarjana beneran atau sarjana pengangguran.”(tertawa)
Raka                : “Dasar matre.” (tertawa sambil mengelus kepala Vey)
CLARA DATANG MENGGANGGU MEREKA
Clara               : “Rakaaa… Emang siapa yang matre? Aku kan tidak matre tahu.”
Raka                : “Aduh kamu lagi.”
Clara               : “Temani aku ke toko buku ya?”
Vey                  : “Raka, aku ke..”
Clara               : (menggandeng dan menarik Raka) “Ayo Raka!”
Raka                : “Tunggu! Aku akan ikut denganmu asal Vey juga ikut dengan kita.”
Vey                  : “Tidak . Kalian pergi berdua saja.”
Clara               : “Sudahlah Raka. Jangan paksa dia kalau dia tidak mau.”
Raka                : “Kamu tidak apa-apa pulang sendiri?”
Vey                  : “Tidak apa-apa. Memang aku anak kecil, jika pulang harus diantar. Aku kan sudah dewasa.” (tersenyum)
Clara               : “Raka, tunggu apa lagi?”
Raka                : (berbicara pada vey) “Jam 7 malam di Taman Kota.”
Vey                  : “Iya.”

RAKA DAN CLARA PERGI. VEY SENDIRI TIDAK LANGSUNG PULANG KERUMAH. DIA PERGI KE PERPUSTAKAAN SAMBIL MENUNGGU WAKTU UNTUK BERTEMU DENGAN RAKA DI TAMAN.
DI PERPUSTAKAAN.          
Vey                  : (monolog) “Baca buku apa ya yang bagus? (sambil memilih buku yang berada diatas meja). Mm. buku sastra bagus juga.”

DI TOKO BUKU.
Clara               : “Kamu mau beli buku apa?”
Raka                : (melihat jam tangannya dan terlihat gelisah)(monolog) “Aduh bagaimana ini, sudah jam 6 sore.”
Clara               : “Kamu kenapa sih?”
Raka                : “Hah? Tidak apa-apa kok.”

DI TAMAN KOTA JAM 8 MALAM.
Vey                  : (monolog) “Raka kemana ya? Kok belum datang juga.” (melihat sekitar)

DI RUMAH CLARA.
Clara               : “Terima kasih ya. Kamu sudah mengantar aku pulang.”
Raka                : “Iya. Aku langsung pulang ya. Aku buru-buru.”

BU ANA KELUAR MENEMUI RAKA DAN CLARA.
Bu Ana             : “Ada tamu ternyata. Clara, suruh dia masuk dulu.”
Clara               : (menarik Raka) “Ayo Ka, masuk dulu.”
Bu Ana             : “Iya. Sekalian saja makan malam disini. Hari ini tante masak special loh.”
Raka                : “Tapi tante...”
Clara               : “Tidak baik Raka menolak rejeki.”

BU ANA, CLARA DAN RAKA MASUK KEDALAM RUMAH.
VEYYA MASIH TETAP MENUNGGU DI TAMAN KOTA WALAUPUN HUJAN TURUN DENGAN DERAS.
DI MEJA MAKAN.
Bu Lina                        : “Ayo Raka. Silahkan dicoba masakan tante.”
Raka                : (melihat jam) “Oh, iya tante.”
Clara               : “Enak tidak masakan mama aku? Mama aku itu jago masak.”
Raka                : “Enak kok.”
TIBA-TIBA PAK YUDHI BERTANYA KEPADA RAKA.
Pak Yudhi        : “Kalian satu kampus?”
Raka                : “Iya Om. Satu kampus tapi beda fakultas.”
Pak Yudhi        : “Clara, Vey kemana? Kok tidak makan bersama dengan kita? Apa dia belum pulang?”
Clara               : (bingung) “Belum, Pah.”
Pak Yudhi        : (khawatir) “Kemana dia sampai jam segini belum pulang. Mana diluar hujan deras sekali.”
Raka                : (bingung) “Clara, tadi papah mu bertanya soal Vey. Vey itu siapa?”
Clara               : “Adikku.”
Bu Ana             : “Sudahlah nanti saja kita lanjutkan perbincangan ini.”
Pak Yudhi        : “Kamu tidak khawatir jika terjadi apa-apa dengan Veyya?”
Raka                : (semakin bingung) “Veyya? Veyya Stephanie?”
Pak Yudhi        : “Kamu kenal dengan dia, Raka?”
Raka                : “Iya Om, saya kenal.”
Pak Yudhi        : “Iya. Dia anak om.”
Clara               : (kesal) “Bisa tidak kita fokus sama makan malam kita.”
Raka                : “Clara, Kenapa kamu tidak pernah memberitahu aku bahwa Vey adikmu?”
Clara               : “Kamu juga tidak pernah menanyakan hal itu pada aku.”
Pak Yudhi        : “Bicara yang lebih sopan, Clara!”
Clara               : “Papa itu kenapa sih. Tidak pernah sedikitpun membela Clara.” (meninggalkan meja makan)
Pak Yudhi        : “Clara!”
Bu Ana             : “Sayang, kamu mau kemana!”
Clara               : “Clara mau pergi saja!”
RAKA MENGEJAR CLARA UNTUK MEMINTA PENJELASAN.
Raka                : (menarik tangan Clara) “Jelaskan sama aku. Ada apa dengan ini semua?”
Clara               : “Buat apa? Hal ini tidak penting bagiku. Veyya, Veyya dan Veyya saja yang ada dihidup kalian!”
Bu Ana             : “Sayang, jangan bicara seperti itu. Mama sayang kok sama kamu.”
VEYYA TIBA DIRUMAH DALAM KEADAAN BASAH.
Vey                  : “Ma, Pah. Vey pulang.”
Raka                : “Veyya?”
Vey                  : “Raka? Sedang apa kamu disini?”
Clara               : “Oke. Semua ini sudah jelas bukan Raka?”
Bu Ana             : (marah) “Veyya! Kamu darimana saja? Jam segini baru pulang! Terus kenapa baju kamu basah?
Pak Yudhi        : “Kamu ini ibu macam apa! Anak baru pulang bukannya khawatir malah kamu marahi!”
Veyya              : “Tidak apa-apa, Pah. Ini memang salah, Vey.”
Raka                : “Bukan, Om. Ini salah saya. Saya yang menyuruhnya menunggu di taman.”
Clara               : “Cukup! Clara butuh penjelasan dari mama dan papah. Kenapa yang kalian bela selalu saja Veyya, kenapa tidak pernah kalian sedikit saja membela Clara, apa Clara bukan anak kalian? Lalu Clara ini anak siapa?”
Bu Ana             : “Jangan berbicara seperti itu sayang. Tentu kamu anak mama dan papa, Clara.”
Clara               : “Clara tidak percaya! Kalau memang Clara anak mama dan papa, kenapa papa tidak pernah sedikitpun sayang sama Clara. Kenapa Pah?”
Pak Yudhi        : (emosi) “Karena kamu bukan anak saya!”
Clara, Veyya dan Raka            : (terkejut) “Apa?”
Bu Ana             : “Papa tidak sepantasnya berbicara seperti itu.”
Pak Yudhi        : “Memang itu kenyataannya! Seharusnya kebohongan ini sudah kita bongkar sejak beberapa tahun lalu!”
Vey                  : “Kebohongan apa, Pah?”
Pak Yudhi        : “Kebohongan bahwa kamu dan Clara bukan saudara kandung.”
Bu Ana             : “Papa! Rossa itu sahabatku! Jadi sudah sepantasnya aku menjaga Clara sebagai balas budi!”
Pak Yudhi        : “Balas budi dengan cara mengorbankan anak kandungmu sendiri?”
Clara               : (teriak) “Cukup! Rossa? Balas budi? Sebenarnya apa maksud dari ini semua?”
Vey                  : “Ma, jelaskan ke kita. Sebenarnya apa yang terjadi?”
Bu Ana             : “Maafkan mama sayang. Mama sudah berbohong padamu. Kamu adalah anak sahabat terbaik mama, Clara. Maafkan mama juga Veyya karena mama tidak pernah memperhatikanmu.”
Clara               : “Jadi Clara bukan anak mama?”(terkejut setelah mendengar penjelasan)
Bu Ana             : “Kamu akan tetap jadi anak mama, sayang.”
Pak Yudhi        :  “Delapan belas tahun yang lalu, orangtuamu meninggal pada saat kecelakaan pesawat, Clara.”
Vey                  : “Kakak....”
Clara               : “Lalu, sekarang keluarga Clara berada dimana?”
Pak Yudhi        : “Mereka semua berada di Jepang.”
Clara               : “Tidak mungkin !”
CLARA BERLARI MENUJU KAMAR DAN MENANGIS TERSEDU.
Raka                : “Clara..!”
Pak Yudhi        : “Dia butuh waktu untuk sendiri.”
TIBA-TIBA VEYYA JATUH PINGSAN KARENA KONDISI TUBUHNYA YANG LEMAH DAN BASAH SELEPAS DIRINYA TERKENA HUJAN.
Raka                : “Vey!”
Bu Ana             : “Veyya!”

KEESOKAN HARINYA CLARA MEMUTUSKAN UNTUK KEMBALI TINGGAL BERSAMA KELUARGANYA YANG BERADA DI JEPANG.
DI RUANG KELUARGA RUMAH CLARA.
Clara               : “Ma, Pah.” (membawa tas)
Pak Yudhi        : “Kamu mau kemana?”
Clara               : “Clara mau pergi, Pah.”
Bu Ana             : “Jangan pergi sayang, kita bisa tinggal bersama-sama disini sebagai satu keluarga.”
Pak Yudhi        : “Betul, Clara.”
Clara               : “Ma, Pah. Ini sudah menjadi keputusan Clara. Terima kasih banyak sudah merawat Clara hingga Clara seperti ini. Tapi Clara ingin kembali ke Jepang. Clara ingin bertemu dengan keluarga Clara yang sebenarnya. Clara tidak akan melupakan kalian. Tenang saja, libur panas tahun depan Clara akan mengunjungi kalian.”
Pak Yudhi        : “Kamu tidak berpamitan dulu dengan Veyya dan Raka?”
Bu Ana             : “Iya. Pasti mereka sedih kalau kamu tidak memberitahu mereka.”
Clara               : “Tetapi mereka akan lebih sedih lagi jika mereka mengetahui perpisahan ini. Salam sayang Clara untuk mereka.”
TIBA-TIBA VEYYA TURUN DARI KAMARNYA SAAT IA MENDENGAR CLARA BERPAMITAN.
Vey                  : “Kakak !”
Clara               : “Vey.”
Vey                  : “Kakak mau kemana?”
Clara               : “Kakak mau pulang ke rumah kakak.”
Vey                  : “Rumah kakak kan disini.”
Clara               : “Vey, kakak ingin bertemu dengan keluarga kakak.”
Vey                  : “Tapi kak.”
Bu Ana             : “Sudah Vey. Kakakmu tidak lama kok disana.”
Clara               : “Iya, aku akan kembali saat libur musim panas, Vey.”
Vey                  : (sedih) “Kalau sudah sampai disana hubungi kami ya, Kak.”
Clara               : “Iya sayang. Ma, Pah, Clara berangkat sekarang ya.”
Pak Yudhi        : “Hati-hati ya, Clara.”
Bu Ana             : “Jaga diri kamu baik-baik.”
Clara               : “Baik Ma, Pa. Clara sayang kalian.”
Bu Ana             : “Kami juga sayang sama kamu.”
Vey                  : “Bye Kak.”
CLARA PERGI MENINGGALKAN RUMAH.
Vey                  : “Ma, Pah. Pasti rumah ini akan sepi jika tidak ada Kak Clara.”
Bu Ana             : “Iya sayang.”
WALAUPUN CLARA TIDAK TINGGAL BERSAMA KELUARGA PAK YUDHI, MEREKA AKAN SELALU MERINDUKAN KEHADIRAN CLARA DITENGAH KELUARGA MEREKA.

Workshop

Workshop yang saya ikuti adalah :