Selasa, 25 Oktober 2011

Manusia dan Cinta Kasih

Dalam hidup ini, manusia pasti membutuhkan cinta kasih dan sebaliknya cinta kasih juga membutuhkan manusia untuk menjadi perantara perwujudannya. Pada uraian dibawah ini, saya akan mencoba membahas mengenai manusia dan cinta kasih.  
A.    Manusia
Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam Islam, manusia sebagai khalifah di bumi, manusia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah Swt selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandangan sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki manusia (ilmu kimia), manusia merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisika), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu social, manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut juga homo economicus (ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya atau sering disebut homo-humanus (filsafat), dan lain sebagainya.
Dari definisi diatas kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat dipandang dari banyak segi, juga mempunyai banyak kepentingan. Dalam diri manusia terdapat tiga unsur, yaitu :
a.       Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukan cirri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran.
b.      Ego, merupakan bagian atau struktur keperibadian yang pertama kali dibedakan dari Id,seringkali disebut kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke dalam saluran social yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c.       Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal.
B.     Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta, Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Dalam Al-Quran terdapat 8 pengertian cinta, penjelasannya sebagai berikut :
1.             Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
menggemaskan. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, selalu ingin berdua dengan orang yang dicintainya, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2.             Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya disbanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan orang yang dicintainya meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan orang yang ia cintai dan selalu memaafkan kesalahannya.  Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian
darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Maka dari itu dalam Al-Quran, kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.  Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami istri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.
3.             Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam Al-Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4.             Cinta syaghaf, adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5.             Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk shalat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6.             Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)
7.             Cinta syauq (rindu), term ini bukan dari Al-Quran tetapi dari hadis yang menafsirkan Al-Quran. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajahMu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa denganMu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi.
8.             Cinta kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al-Quran ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).

C.     Jenis-jenis Cinta Kasih
1.      Cinta kasih kepada Tuhan
Setiap manusia di dunia ini pasti ber-Tuhan. Tuhan-lah yang menciptakan Bumi dan segala isinya. Tuhan-lah satu-satunya Dzat yang patut di sembah. Tuhan-lah yang menciptakan manusia dan makhluk lainnya. Tuhan-lah yang selalu membantu umat-Nya. Tuhan-lah yang memberikan sesuatu yang dibutuhkan untuk setiap hamba-hamba-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Cinta kasih pada Tuhan itu adalah kekal. Cinta kasih pada Tuhan melebihi cinta kasih pada sesuatu atau seseorang. Di dunia ini ada saja orang yang lebih mencintai sesuatu atau seseorang melebihi kecintaannya pada Tuhan. Tetapi, seseorang yang beriman pasti amat sangat cintanya pada Tuhan. Tuhan selalu mencintai umat-Nya, sebaik atau seburuk apapun itu.

2.      Cinta kasih kepada diri sendiri
Bentuk cinta pada diri sendiri yang dimaksud oleh para bijaksanawan adalah
menanamkan kebaikan dalam diri sendiri, berlatih untuk berkeyakinan pada
ajaran benar, bersemangat ulet, bijaksana, murah hati, rendah hati, dsb.
Cinta diri sendiri bukan sikap egois, karena tindakan egois adalah tindakan
pemuasan nafsu kesenangan bagi diri sendiri dengan merampas hak-hak orang
lain. Cinta diri sendiri justru sebagai sikap logis.
10 Cara Untuk Lebih Mencintai Diri Sendiri.
1.      Bencilah dosamu,tapi jangan pernah membenci dirimu.
2.      Cepatlah untuk menyesali kesalahan.
3.      Apabila Tuhan memberimu pencerahan, berjalanlah di dalam pencerahanNya itu.
4.      Berhentilah mengatakan hal-hal yang buruk tentang dirimu sendiri. Tuhan mencintaimu dan tidaklah benar jika kamu membenci sesuatu yang Dia cintai. Dia mempunyai rancangan-rancangan yang indah  bagimu jadi kamu melawan-Nya jika kamu berbicara secara negatif mengenai masa depanmu sendiri.
5.      Janganlah takut untuk mengaku bahwa kamu telah berbuat kesalahan, tapi janganlah selalu  berprasangka bahwa kamulah yang salah setiap saat pasti selalu ada yang tidak benar.
6.      Jangan terlalu memikirkan apa yang sudah kamu lakukan, baik yang benar maupun yang salah; itu sama dengan memikirkan terus diri sendiri. Pusatkanlah pikiranmu kepadaNya.
7.      Jagalah dirimu sendiri secara fisik. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya apa yang Tuhan telah berikan   padamu demi  tugasmu, tapi janganlah menjadi terobsesi dengan penampilan mu.
8.       Janganlah berhenti untuk belajar tapi jangan sampai ilmu itu membuat kamu  sombong. Tuhan memakai kamu bukan karena apa yang ada di dalam kepalamu melainkan karena  apa yang ada di dalam hatimu.
9.      Sadarilah bahwa setiap talentamu adalah anugerah, bukanlah sesuatu yang kamu ciptakan sendiri; jangan pernah merendahkan orang lain yang tidak sanggup melakukan apa yang kamu dapat lakukan.
10.  Janganlah meremehkan kelemahan-kelemahan dirimu karena merekalah yang membuat kamu tetap tergantung pada Tuhan.

3.      Cinta kasih kepada orang tua
Orang tua adalah orang pertama di dunia ini yang wajib kita cintai setelah kecintaan kita kepada Tuhan. Ibu dan Ayah adalah 2 orang yang hebat, 2 orang yang terbaik yang ada di muka bumi, 2 orang paling dekat dengan kita. Ibu, seorang wanita hebat yang melahirkan dan membesarkan kita semua. Ayah, seorang lelaki tangguh yang menafkahi keluarganya. Kecintaan mereka kepada kita anak-anaknya, mungkin tak akan pernah terbalaskan. Cinta kasih mereka amat tulus. Cinta kasih untuk orang tua tak akan terperi, hingga akhir hayat nanti.

Sumber :
Buku Diktat Kuliah Univ. Gunadarma “Ilmu Budaya Dasar”

1 komentar:

Eva Setiawati mengatakan...

http://student.gunadarma.ac.id

Posting Komentar